Sabtu, 18 Juni 2011

KITA BUKAN JURI SOBAT!

oleh Izzat Abidy Muhammad pada 10 Januari 2011 jam 10:33

Kisah Bijak

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak : "Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya: "Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat ?" Orang itu miskin dan godaan besar. Tetapi ia tidak menjual kuda itu.

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh

desa datang menemuinya. "Orang tua bodoh", mereka mengejek dia : "Sudah

kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan

bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin... Mana mungkin anda

dapat melindungi binatang yang begitu berharga ? Sebaiknya anda

menjualnya. Anda boleh minta harga apa saja. Harga setinggi apapun akan

dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda dikutuk oleh

kemalangan".

Orang tua itu menjawab : "Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja

bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu;

selebihnya adalah penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana

Anda dapat ketahui itu ? Bagaimana Anda dapat menghakimi ?".

Orang-orang desa itu protes : "Jangan menggambarkan kami sebagai orang

bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di

perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah kutukan".

Orang tua itu berbicara lagi : "Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang

itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu

kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan.Yang dapat kita lihat

hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti ?"

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang

selalu menganggap dia orang tolol; kalau tidak, ia akan menjual kuda

itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang

potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya

keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk

membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia

sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima

belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak di curi, ia lari ke

dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin

kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul sekeliling

tukang potong kayu itu dan mengatakan : "Orang tua, kamu benar dan kami

salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami".

Jawab orang itu : "Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja

bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik

bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini

adalah berkat ? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian

sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana anda dapat menilai ? Kalian

hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai

seluruh buku ? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan.

Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan ? Hidup ini begitu luas,

namun Anda menilai seluruh hidup berdasar! kan

satu halaman atau satu

kata.Yang anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah

berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu.

Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu".

"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu kepada yang lain.

Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu

ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang

bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan

dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai

menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari

salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa

berkumpul sekitar orang tua itu dan menilai. "Kamu benar", kata mereka

: "Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Selusin kuda itu bukan berkat.

Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan

sekarang dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk

membantumu..sekarang kamu lebih miskin lagi.

Orang tua itu berbicara lagi : "Ya, kalian kesetanan dengan pikiran

untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak

saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan ? Tidak ada yang

tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang

sepotong-sepotong" .

Maka terjadilah dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri

tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya

anak si orang tua tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang

berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak karena

anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali

kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan

dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.

"Kamu benar, orang tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini

buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi

paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk

selama-lamanya" .

Orang tua itu berbicara lagi : "Tidak mungkin untuk berbicara dengan

kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan

hanya ini : anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya

tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada

yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu".

Orang tua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari

seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya

merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat

menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari

badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar