Sabtu, 18 Juni 2011

TOBAT MEMBAWA NIKMAT..!!

oleh Izzat Abidy Muhammad pada 26 Februari 2011 jam 23:30

Di sebuah negeri nun jauh di sana, hiduplah seorang pemuda yang gemar melakukan perbuatan maksiat. Segala macam bentuk perbuatan maksiat ia kerjakan, mulai dari mabuk, berjudi, merampok, berzina, memakai narkoba sampai membunuh.

Pemuda yang bernama Jahdar itu menyadari bahwa dirinya telah terjerumus ke dalam jurang kenistaan. Ia sadar bahwa akal yang seharusnya bisa mengendalikan nafsunya ternyata berbalik, nafsu telah mengendalikan akalnya. Sudah banyak teman-temannya yang menasehati agar ia bertaubat kepada Allah, namun di telinganya selalu terngiang,”Percuma kau bertaubat Jahdar.. dosa-dosa mu sudah terlalu banyak.. dirimu telah menjadi hina di mata Tuhan mu.. Tuhan mu tidak akan menerima taubatmu..”

Selain itu ia juga masih sangat berat meninggalkan perbuatau maksiat yang menurutnya nikmat dan sangat menyenangkan.

Setiap malam menjelang tidur ia gelisah memikirkan keadaan dirinya.

“Hhm.. aku sudah sangat muak dengan diriku yang penuh berlumuran dosa.. aku takut jika sewaktu-waktu ajal menjemputku.. tapi sulit sekali bagiku meninggalkan kebiasaanku berjudi dan mabuk. Apalagi bermain perempuan, bagiku itu sangat menyenangkan. Kepalaku akan pusing bila sehari saja tidak memakai narkoba.. dan dengan merampok aku bisa mendapatkan uang dengan mudah.. aku tidak tahu apakah aku bisa bertaubat dan menjadi orang baik ataukah tidak.”

Pagi itu Jahdar memutuskan untuk bertemu dengan Kyai Ibrahim. Ia ingin curhat pada Pak Kyai tentang kegundahan hatinya akhir-akhir ini.

“Pak Kyai.. aku telah banyak melakukan perbuatan dzalim dan maksiat, aku ingin sekali berhenti berbuat maksiat, tapi rasanya sulit sekali Pak Kyai. Berilah aku nasehat agar aku dapat bertaubat dan menjadi orang yang bertaqwa” Jahdar memulai curhatnya.

Setelah merenung sejenak, Kyai Ibrahim berkata,”Anak muda, kau tidak perlu berhenti berbuat maksiat, teruskan saja asal kau bisa memenuhi lima syarat.”

Tentu saja dengan rasa penasaran, Jahdar ingin tahu lima syarat itu,”Apa saja syarat-syarat itu?”

“Syarat pertama, jika kau melakukan perbuatan maksiat, janganlah kau memakan rizki Allah.” Jahdar mengernyitkan dahinya lalu berkata,”Lalu aku makan dari mana? Bukankah segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah rizki Allah?”

“Benar” jawab Pak Kyai tegas. “Bila engkau telah mengetahuinya, masih pantaskah engkau memakan rizki-Nya? Sementara engkau terus berbuat maksiat dan melanggar peraturan-peraturan-Nya”

“Baiklah..” jawab pemuda itu tampak menyerah,”Kemudian apa syarat yang ke dua?”

“Kalau kau berbuat maksiat, janganlah engkau tinggal di bumi Allah” kata Pak Kyai lebih tegas lagi.

Syarat ke dua ini lebih membuat Jahdar lebih kaget. “Apa?!!” lalu aku harus tinggal di mana, bukankah bumi dan segala isinya ini miliknya Allah??”

“Benar, Nak. Karena itu, fikirkanlah baik-baik apakah kau masih pantas makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya sementara ka uterus berbuat maksiat?” Tanya Pak Kyai.

“Apa yang Pak Kyai katakana benar..” ucap Jahdar kemudian,”lalu apa syarat yang ke tiga?” Tanya Jahdar penasaran.

“Kalau kau masih juga berbuat maksiat kepada Allah tetapi masih ingin makan rizki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat yang tersembunyi agar tak terlihat oleh-Nya.”

Syarat ini membuat Jahdar terkesima. “Pak Kyai, syarat macam apakah ini, mana mungkin Allah tidak melihatku?!”

“Bagus! Kalau kau yakin bahwa Allah selalu melihatmu tetapi kau masih mau memakan rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya dan terus melakukan maksiat kepada-Nya, pantaskah kau melakukan semua itu??” Tanya Pak Kyai kepada pemuda yang masih tampak bengong itu. Semua perkataan Pak Kyai membuat Jahdar tidak bisa berkutik dan membenarkannya.

“Baiklah Pak Kyai, sekarang katakana apa syarat yang ke empat?”

“Jika malaikatul maut hendak mencabut nyawa mu, katakanlah padanya bahwa kau belum mau mati sebelum bertaubat dan melakukan amal sholih.”

Jahdar termenung. Tampaknya ia mulai menyadari semua perbuatan yang dilakukannya selama ini. ia kemudian berkata,”Tidak mungkin! Tidak mungkin semua itu aku lakukan!”

“Wahai Jahdar, jika engkau tidak bisa mengundurkan kematianmu, lalu dengan cara apa engkau menghindari murka Allah??”

Tanpa banyak komentar lagi, ia bertanya syarat ke lima.

“Yang terakhir, bila juru malaikat hendak menggiringmu ke neraka di hari kiamat, janganlah engkau bersedia ikut dengannya dan menjauhlah!!”

Pemuda yang ada di hadapan Kyai Ibrahim itu nampaknya sudah tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Ia menangis penuh penyesalan. Dengan wajah penuh sesal ia berkata,”Cukup.. Cukup Pak Kyai.. Jangan diteruskan lagi, aku tidak sanggup lagi mendengarnya. Aku berjanji, mulai saat ini aku akan beristighfar dan bertaubat nashuha kepada Allah. Aku mali kepada Allah..”

Dan pemuda itu memang menepati janjinya. Sejak pertemuannya dengan Kyai Ibrahim, ia benar-benar berubah. Ia mulai menjalankan ibadah-ibadah dan perintah-perintah Allah dengan khusyu’..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar